Hoorass-anda di "Dolok Tolong Site" !!!

Minggu, 03 Maret 2013

Pelestarian Pusaka secara Tradisional




Naskah  Melayu  yang  sampai  sekarang dianggap  naskah  Melayu  tertua  adalah  dua
surat berhuruf jawi bertanggal tahun 1521 dan 1522M  yang  ditulis  oleh  sultan  Abu  Hayat dari Ternate kepada raja Portugal. Kedua sur at tersebut  hanya  dapat bertahan selama  hampir lima ratus tahun karena  disimpan  dalam arsip nasional  Portugal  di  Lisabon. 

 Di  sana  kedua naskah  tersebut  disimpan  secara  aman,  jauh dari ancaman bencana alam, dan hawa lembab dan  panas  yang  menjadi  ciri  khas  di  Asia Tenggara.  Bahan-bahan  organik  sulit  sekali untuk  bertahan  lama  di  kawasan  Nusantara bukan  saja  karena  keadaan  alam  dan  cuaca yang  kurang  mendukung,  tetapi  juga  karena mudah  sekali  dimakan  oleh  hama  seperti rayap,  atau  menjadi  hancur  akbibat  berbagai fungi dan organisme mikro lainnya yang ber-kembang subuh di daerah tropis. 

Faktor yang tidak  kalah  penting  adalah  faktor  manusia sendiri.  Bukan  sedikit  naskah  yang  dengan sengaja  dihancurkan  karena  isinya  dianggaptidak  sesuai  dengan  ajaran Islam  atau  agama Nasrani.  Selama  perang  Paderi  berkobar  di Mandailing,  ribuan  naskah  Batak  (pustaha) dihancurkan  oleh  para  militan  Paderi. 
 

 Nasib pustaha  Batak  di  Toba  tidak  jauh  lebih  baik karena  sebagian  misionaris  tidak  lebih bijaksana daripada kaum Paderi. Misionaris Meer waldt misalnya menulis bahwa pustaha Batak  “sudah  saatnya  untuk  dibakar”  ( Meerwaldt, 1922:295).  Selain  itu  banyak  naskah  hancur karena perawatan atau penanganan yang tidak sesuai, dan banyak naskah juga hilang karena dicur i. 

Tentu  saja  para  penulis  naskah  di  zaman dahulu  sudah insyaf akan masalah pelestarian naskah  di  iklim  tropis,  dan  naskah  yang dianggap  penting disalin  kembali. Dalam  hal ini yang menyalin naskah sering mengubah isi naskah,  misalnya  dengan  menambah  sesuatu atau mengur angi yang dianggap tidak penting.

Dengan demikian sebuah salinan jarang sama dengan  naskah  aslinya.  Karena  faktor-faktor yang disebut di atas maka jar ang sekali dapat kita  temukan  naskah  Indonesia  yang  ditulis sebelum abad ke-17. 

Kalau memang  demikian mengapa  naskah Tanjung Tanah dapat bertahan selama hampir
tujuh ratus tahun di sebuah  kampung  kecil di pedalaman Sumatra?

Sebagaimana sudah disebut di atas, barang pusaka  Kerinci  selalu  disimpan  di  loteng
rumah, dan jarang sekali diturunkan. Penyim-panannya  juga  tidak  sembarangan  melainkan dilakukan dengan sangat seksama. Semua barang  pusaka  pada  umumnya  dibalut  dengan kain  dan  disimpan  di  sebuah  peti  kayu  yang sangat  kokoh.  Bila  disimpan dengan  cara  itu maka pusaka itu terlindung dari sinar matahari yang  bersifat  merusak.   

Pusaka  yang  dibalut kain  dan disimpan dalam peti juga terlindung dari  perubahan  suhu  secara  mendadak  yang juga bersifat merusak. Memang suhu di sianghari  menjadi  sangat  panas  di  loteng  rumah, akan  tetapi  suhu  panas  sendiri  sifatnya  tidak begitu merusak dibandingkan perubahan suhu yang  terjadi  secara  mendadak.  

 Faktor  yang paling  mendukung  dari  segi  pelestarian  ialah bahwa  kelembaban  udara  di  loteng  relatif rendah.  Selama  atap  tidak  bocor  barang pusaka  yang  disimpan  di  loteng  dapat  saja bertahan untuk sangat lama. Selain itu keada-an  alam  Kerinci  juga  mendukung.   

Hawa  di Kerinci sebetulnya tidak patut disebut sebagai iklim tropis  karena letaknya Kerinci di pegu-nungan. Tanjung Tanah terletak 800m di atas permukaan laut dengan suhu tertinggi di siang hari  sekitar  rata-rata  27  derajat  dan  suhu terendah  di  malam  hari  rata-rata  20  derajat. Dibandingkan  dengan  daerah  pesisir  curah hujan juga lebih rendah.

Bila  kita  tanya  mengapa  pusaka  disimpan di loteng  maka  jawabannya  karena  lotenglah tempat  yang  paling  terhormat  di  rumah,  dan juga karena alasan keamanan. Akan tetapi dapat  kita  duga  bahwa  sebetulnya  sudah  ada pengetahuan tentang tempat mana yang paling sesuai dari segi pelestarian. Soalnya bukan di Kerinci  saja  pusaka  disimpan  di  loteng.  Hal yang sama juga dilaporkan di Sulawesi. 

Kahlenberg menulis bahwa Sulawesi yang ter letak di daerah katulistiwa memiliki iklim yang ter-buruk untuk pelestarian kain pusaka. Akan tetapi  karena  kain-kain  itu  disimpan  di  loteng maka  kain  itu r elatif  aman  dari  ancaman  se-rangga,  tikus,  dan  kelembaban  tinggi.  Sama dengan halnya pusaka Kerinci, pusaka itu pun jarang diturunkan sehingga terlindung dari sinar matahari, dan hanya  dipamerkan  pada acara  penguburan  ketua  adat  (Kahlenberg, 2003:86).  Kain-kain  dari  Sulawesi  itu  sudah  dianalisis  secara  radiokarbon  dan  ter nyata beberapa  di  antaranya  ber asal  dari  abad  ke-13!

Kain  dari  Sulawesi  membuktikan  bahwa barang  pusaka  dapat  bertahan  lama  di  iklim tropis  apabila  disimpan  dengan  cara  yang tepat, dan hal itu ternyata hanya terwujud bila cara penyimpananya sesuai dengan cara yang tradisional,  yaitu  di  loteng,  dan  benda-benda pusaka hanya tersimpan dengan aman apabila benda itu dianggap sakral dan dilindungi oleh adat setempat.

Masyarakat Kerinci sampai sekarang masih teguh  berpegangan  pada  adat leluhur  mereka dan  benda-benda  pusaka  dianggap  memiliki nilai  yang  luar  biasa  yang  dapat  melindungi mer eka dar i ancaman  bahaya. Bila ada benda pusaka yang hilang akibatnya bisa fatal bukan saja  untuk  pemiliknya  tetapi  untuk  seluruh masyarakatnya. Oleh sebab itulah maka sam-pai  sekarang masih banyak pusaka di Kerinci yang  selama  berabad- abad  tersimpan  dengan aman. 

Selain faktor mendukung yang sudah dise- but di atas masih ada faktor lain yang barang-
kali  tidak  kalah  penting.  Naskah  Tanjung Tanah ditulis di daluang, dan kertas kulit kayu itu  dapat  bertahan  lama  asal  tidak  dibubuhi kanji. 

 Kanji  kadang-kadang  digunakan  untuk memudahkan  tinta  lengket  pada  kertasnya, akan tetapi kanji itu juga menyebabkan bahwa naskah itu menjadi santapan enak bagi serang-ga.  Jika  naskah  daluang  tidak  diolesi  kanji maka  naskah  itu  memiliki  sifat  pelestarian yang  sangat  mendukung  dan  dapat  ber tahan selama  ratusan  tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar