Degradasi Lingkungan Kawasan Danau Toba
Pendahuluan:
Danau
Toba adalah danau terbesar di Indonesia. Danua tersebut terletak di Pulau Sumatera
tepatnya proponsi Sumatera Utara. Ditengah-tengah danau terdapat suatu daratan yang
di kenal dengan pulau Samosir. Danau tersebut merupakan salah satu daerah
kunjungan wisata yang terkenal sampai kemanca negara. Disamping pemandangannya
yang indah, juga wisata budayanya cukup menarik perhatian wisatawan.
Danau
Toba selain menjadi derah tempat wisata yang banyak dikunjungi wasatawan,
juga
menjadi tempat mencari nafkah bagi penduduk yang berdiam baik di sekeliling
danau maupun di tengah, tepatnya di pulau Samosir. Danau tersebut menjadi tempat
kehidupan berbagai macam ikan dan tumbuhan air yang dimanfaatkan untuk kehidupan
masyarakat sekitarnya. Di danau tersebut banyak di buat keramba-keramba untuk
memelihara ikan, diantaranya ikan mas. Disamping itu kawasan sekitar danau Toba
maupun di Pulau Samosir merupakan kawasan pertanian.
Kawasan
Danau Toba sendiri bila dilihat secara kasat mata juga telah menjadi daerah
yang terdegradasi terutama terjadinya penggundulan hutan yang cukup parah dibeberapa
tempat dilingkungan danau Toba termasuk di pulau Samosir. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan karena tentu berpengaruh kepada kualitas lingkungan danau Toba
termasuk mempengaruhi ekosistem perairan danau Toba.
PEMBAHASAN
I.
Profil Danau Toba
Danau
dilihat dari proses pembentukannya adalah perairan yang terbentuk akibat dari
terjadinya pengisian air pada cekungan alamiah yang berisi berbagai bentuk kehidupan.
Sedangkan menurut para ahli Danau Toba terjadi merupakan danau vulcanotektonis
akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya
berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api.
Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian
beban dipermukaan mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian
bagian yang cukup besar berada dibagian tengah dengan posisi miring ke arah barat
berupa pulau Samosir dan bagian lain yang poisisnya lebih rendah selanjutnya
tergenang
air membentuk danau (sumber : Masturyono, Phd, BMG)
Secara
fisik danau Toba memiliki dimensi sebagai berikut :
1. Surface area 1100 km2
2. Volume 1258 (km3)
3. Maximum depth 529 m
4. Normal range of annual water level fluctuation 1.5 m
5. Catchment area 3440 km2
6. Pulau Samosir 640 km2
7. Number of outflowing rivers and channels (name) : 1 (Asahan
River).
Iklim
Dilihat
dari iklim yang terjadi di danau Toba yang di rata-rata dalam tiap bulan selama
1(satu) tahun sebagai berikut :
Bulan
|
Mean
temp (deg C.)
|
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
|
19.3
19..0
18.9
19.3
19.4
19.1
19.0
18.8
19.0
19.4
19.4
19.1
|
Sedangkan temperatur air (water temperature)
diberbagai tempat di wilayah danau Toba
menunjukkan
angka yang berada di kisaran 26-27 derajat celcius.
Selanjutnya
dilihat dari berbagai tempat di wilayah danau Toba maka : pH, 1979
Station
|
Surface
|
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I
Tongging II
Onan Runggu
Prapat
|
8.4
7.9
8.4
7.0
7.9
7.6
8.2
|
pH
itu adalah mengukur keasaman dalam hal ini keasaman atau alkalinitas air yang diukur
berdasarkan skala dari 0 sampai dengan 14 dimana 7 merupakan angka keasaman yang
netral,
0
menggambarkan yang paling asam, dan 14 yang paling alkalin.
DO
(mg I-1), 1979
Station
|
Surface
|
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I
|
6.7
6.8
9.3
6.3
|
Selanjutnya
DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut penting untuk kehidupan ikan
dan
bebagai aquatic organisms.
Sedangkan
konsentrasi COD diberbagai tempat di danau Toba menunjukkan angka 1.24
sampai
dengan 2.80 (mg I-1). Konsentrasi Phosporus 0.31 sampai 0.66. dan konsentrasi
choride
antara 8.6 didaerah Haranggaol sampai kepada 10.4 didaerah Onan Runggu.
Danau
Toba sebagaimana danau lainnya memiliki 3 zona dalam menerima penetrasi
cahaya
yaitu :
1.
Zona littoral yaitu wilayah dangkal dimana penetrasi cahaya
mencapai dasar perairan.
2.
Zona limnetik yaitu zona prairan yang terbuka sampai kedalaman
efektif penetrasi cahaya (lapisan kompensasi).
3.
Zona profundal yaitu daerah yang berada dibawah lapisan
kompensasi. Dimana jenis jenis tumbuhan yang hidup
Dimana
di zona littoral didominasi oleh rooted vegetation atau tanaman rumput-rumputan
, sedangkan
limnetic didominasi oleh komunitas plankton, nekton dan neuston.
Adapun
jenis Flora di danau Toba meliputi :
-
Emerged macrophytes : Nelumbo nucifera, Nymphaea sp.
-
Floating macrophytes : Eichhornia crassipes, Lemma minor, Azolla
pinnata, Spirodella polyyrhiza
-
Submerged macrophytes : Potamogeton malaianus, P.polygonifolius, Myriophyllum
spicatum, Ceratophyllum demersum, Hydrilla verticillata, Chara sp.
-
Phytoplankton : Amphora, Cocconema, Asterionella, Synedra,
Gomphonema, Orthosira, Navicula, Mastogloia, Pleurosigma, Nitzschia,
Genicularia, Botryococcus, Synechococcus, Anabaena, Oscillatoria.
Sedangkan Fauna yang berada di kawasan
danau Toba meliputi :
-
Zooplankton : Cyclops, Cladocera.
-
Benthos : Macrobrachium sintangensis, Brotia costula, Thiara scabra,
Melanoidestuberculata, Melanoides granifera, Anentome Helena, Lymnaea brevispira,
L.rubiginosa, Physastra sumatrana, Corbicula tobae.
-
Fish : Tilapia mossambica, Aplocheilus pachax, Lebistes
reticulatus, Osphronemus goramy, Trichogaster trichopterus, Channa striata, C.
gachua, Clarias batrachus, C. neiuhofi, C.. sp., Nemachilus fasciatus, Cyprinus
carpio, Puntiusjavanicus, P. binotatus, Osteochilus nasselti, Lissochilus sp.,
Labeobarbus sora, Rasbora sp.
Selanjutnya
adalah Biomass. Biomas adalah bobot dari mahluk hidup (dry wight) dari
keseluruhan
atau sebagian dari sebuah organisma, populasi, atau komunitas.
Umumnya
dinyatakan sebagai bobot per unit area (a biomass density). Adapun Biomass dari
danau Toba adalah meliputi sebagai berikut :
. Submerged macrophytes (M2)
Station
|
Potamogeton
sp
|
Myriophyllum
spicatum
|
Others
|
Total
|
Lotung
OnanRunggu
ParbaloanUrat
Tongging I
Lb Sitorus
|
2,470
2,800
1,833
1,947
150
|
130
150
310
157
1,640
|
<25
0
520
<25
0
|
2600
2950
2.663
2,104
1,750
|
Adapun
penggunaan lahan (land use) di daerah catchment area adalah meliputi :
1981.
Natural
Landscape
|
Area
(km2)
|
%
|
Grass
(alang-alang)
Scrub
Forest
Reforestation
Regreening
Agriculture
land &
Plantation
20.88 0.9
Others
23.56 1.1
Total
|
955
59,24
159,66
388.7
228.28
20.88
23.56
2.347,5
|
40,6
2.5
6.8
16.6
9.7
0.9
1.1
100
|
Adapun
jenis vegetasi dari pohon kayu adalah jenis yang ada di hutan dataran tinggi
yaitu
jenis Pinus merkusii, sedangkan tanaman prtanian meliputi padi, sweet potato,
maize,
dan sayur-sayuran.
II.
Kondisi kerusakan ekosistem di danau Toba
Sebagaimana
yang telah di utarakan sebelumnya maka tingkat kerusakan hutan
yang
ada dikawasan sekitar danau Toba dan wilayah pulau Samosir telah begitu parah
hingga
tinggal 6,8 % dari daerah catchment area, hal ini banyak dipengaruhi oleh
perilaku
manusia untuk melakukan penebangan pohon secara semaunya tanpa
memperhatikan
keseimbangan lingkungan. Terlebih adanya pabrik pulp and paper PT
Indorayon
yang dianggap selama ini melakukan penebangan terutama pohon pinus secara
tidak
benar sehingga menyebabkan penggundulan hutan dianggap sebagai biang
keladinya.
Hingga akhirnya di demo massa kemudian hingga tutup usaha namun saat
telah
berdiri kembali dengan berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari yang
dianggap
telah lebih baik dari pada sebelumnya (Indorayon) dalam melakukan
operasinya.
Meskipun belum terjamin tidak melakukan penggundulan hutan secara tidak
bertanggung
jawab. Hal ini tentu saja mengakibatkan kerusakan ekosistem danau Toba
juga
(kawasan perairan) sebab dengan adanya kerusakan hutan didaerah catchment area
akan
menyebabkan erosi dan pelumpuran di perairan danau. Tentunya hal ini akan
merusak
sumber makanan ikan yang ada di danau dan juga danau menjadi keruh airnya
dan
tentu saja akan menggangu ekosistem danau.
Apabila
dilihat secara kasat mata pada daratan sekeliling danau Toba dan di wilayah
pulau
Samosir telah menjadi gundul, danau Toba yang dahulunya begitu membanggakan
karena
keindahannya kini terlihat gersang. Masalah yang cukup serius belakangan ini
adalah
berkurangnya sumber air untuk kebutuhan masyarakat setempat dimana untuk
beberapa
tempat masyarakat harus mengambil air dari danau Toba untuk kebutuhan
sehari-harinya
dan untuk itu harus berjalan berkilo-kilo jauhnya karena sumber-sumber
air
d daratan seperti sungai dan mata air telah menjadi kering
Sarana
transpotasi berupa kapal danau yang saat ini cukup banyak jumlahnya
untuk
mengangkut penumpang yang menghubungkan antar desa dan kecamatan
dikawasan
danau Toba juga turut dianggap mencemari lingkungan perairan dimana solar
yang
digunakan sebagai bahan bakar cukup banyak menggenangi perairan. Ini tentu
mencemari
danau dan mengganggu ekosistem yang ada disana, meskipun belum pada
tingkat
yang mengkhawatirkan. Juga para penumpang yang membuang sampah
sembarangan
dari kapal ke danau membuat danau menjadi kotor dan ini perlu mejadi
perhatian
dari aparat untuk menjadikan masyarakat lebih disiplin dan meyadari
tindakannya
merusak dan mengotori danau. Bila dilihat di kawasan pantai terutama di
daerah
wisata seperti Prapat terlihat kotor dengan sampah-sampah plastik, kaleng dan
sebagainya
ini juga turut mencemari lingkungan perairan.
Yang
pernah terjadi di kawasan danau Toba adalah matinya jutaan ekor ikan mas
dalam
2.216 petak keramba jaring apung khususnya di daerah Haranggaol pada awal
Nopember
2004 akibat serangan virus koi herpes (KHV) ini terjadi tentu saja
menyebabkan
keugian yang cukup besar sekitar Rp. 40 milyar, kematian jutaan ikan
tersebut
juga mencemari perairan danau yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera
Utara.
Air danau berubah memutih karena dipenuhi bangkai ikan, dan menimbulkan bau
busuk
selama berminggu-minggu.Ini barangkali akibat adanya ketidakseimbangan alam
yng
tejadi akibat ulah manusia melakukan kegiatannya disadari atau tidak mengganggu
keseimbangan
lingkungan. Konsekwensinya bagi para otoritas pengelola kawasan danau
Toba
adalah perlunya penataan zona perikanan keramba di wilayah perairan danau Toba
yang
mulai terlihat padat dengan keramba jaring apung. Karena pemanfaatan danau tidak
hanya
untuk perikanan saja tapi perlu juga pariwisata tan transportasi.
Didalam
kebudayaan Batak yang merupakan suku yang mendiami kawasan danau
Toba
ada jenis ikan yang di anggap bernilai tinggi secara adat yang biasa dipakai
sebagai
hidangan
dalam pesta adat adalah dinamai ihan, dahulu begitu banyak
dikawasan
perairan
danau Toba, namun saat ini telah menjadi langka. Jarang sekali nelayan
medapatkannya
ketika mencari ikan. Ini menunjukkan keanekaragaman hayati diperairan
danau
Toba rusak. Ikan maspun saat ini sukar dicari, itu kemungkinan akibat dibudi
dayakannya
ikan mujair yang diduga memakan bibit ikan mas. Ini tentu merusak
ekosistem
di danau Toba.
III.
Upaya Perbaikan
Pada
tahun 1996 telah di tandatangani kesepakatan membentuk sister Lakes
antara
Danau Toba dengan Lake Champain Amerika. Pembentukan sister lakes ini
berupa
bantuan teknik dari Amerika Serikat yang berpengalaman dalam menjadi
kelestarian
danau Champlain di Amerika Serikat yang kondisinya mirip dengan danau
Toba.
Kerjasama teknik tersebut berupa :
1.
Pertukaran pengalaman dalam me-manage kawasan perairan
danau berdasarkan model yang dikembangkan di Amerika Serikat yang digunakan di
danau Champlain, USA.
2.
Transfer of low-cost, alternatif teknologi untuk me-manage air
buangan (wastewater) di masyarakat kecil (small communities)
3.
Mentransfer teknologi penanganan limbah industri khususnya pabrik
pulp and paper
4.
Memperkuat standard/pengaturan dalam bisnis terhadap lingkungan di
kawasan danau Toba.
5.
Transfer teknologi untuk
mengontrol water hyacinth.
Pada
tanggal 29 Januari 1997 pernah dilaksanakan program ”Wastewater
Treatment
in Tourist Area of Prapat-Ajibata, Lake Toba, North Sumatera” yang
dicanangkan
oleh Gubernur Sumatera Utara waktu itu dalam upaya melakukan
pembersihan
terhadap kualitas air (sewage water treatment) yang ada di Danau Toba
dimana
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM)
Tirtanadi. Ini dilakukan mengingat sumber terbesar penyebab memburuknya
kualitas
air diperairan danau Toba banyak di pengaruhi oleh aktivitas kumah tangga dan
kegiatan
usaha yang berada di pinggir danau Toba.Dan memang lebih banyak berada di
kawasan
sekitar Prapat dan Ajibata, dua kota yang berdekatan yang berada di tepian
danau
Toba. Namun proyek tersebut nampaknya tidak berjalan baik mengingat proyek
tersebut
nampaknya tidak menyertakan insentive atas keterlibatan masyarakat atau
motivasi
untuk melakukan sesuatu oleh masyarakat yang dianjurkan dalam proyek
tersebut.
Tantangan terbesar waktu itu adalah bagaimana membujuk para pemilik
hotel
dan
rumahtangga untuk mengikuti program tersebut dan terlibat di dalam kontribusi
pendanaan.
Namun pada kenyataannya hasilnya tidak satupun rumah tangga dan pemilik
hotel
yang mau memperhatikan dan membayar kontribusinya. Artinya bahwa dalam
melakukan
perbaikan terhadap kualitas lingkungan di perairan danau Toba tanpa
keterlibatan
masyarakat tidak akan berhasil dan tentunya harus ada metode insentif
kepada
masyarakat untuk mau melakukan apa yang diprogramkan.
Saat
inipun lalulintas penyeberangan dikawasan danau Toba telah cukup ramai
dan
dirasakan telah memcemari perairan danau Toba dengan gas buangan dari knalpot
kapal
danau dan juga sejauh ini tidak ada penetapan baku mutu atas gas buangan
knalpot
kapal-kapal
danau tersebut, meskipun belum parah dan dianggap masih dianggap jauh
dibawah
batas tercemar , namun dimasa mendatang sudah harus dipikirkan hal ini agar
kelestarian
alam diperairan danau Toba tidak terancam.
IV.
PENUTUP
Saat
ini kondisi umum danau Toba telah terganggu ekositemnya, telihat dari
kawasan
yang gundul disekitar danau, terganggunya ekosistem perairan. Memang telah
dilakukan
upaya-upaya perbaikan untuk memperbaiki kondisi tersebut namun butuh
upaya
yang lebih keras lagi dan pemukiran yang matang serta melibatkan peran serta
masyarakat
untuk mejaga dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan Danau
Toba.
Sumber Partogi S. Samosir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar