Hoorass-anda di "Dolok Tolong Site" !!!

Rabu, 15 Agustus 2012

Analisa Lingkungan Kawasan Danau Toba


Degradasi Lingkungan Kawasan Danau Toba

Pendahuluan:

Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia. Danua tersebut terletak di Pulau Sumatera tepatnya proponsi Sumatera Utara. Ditengah-tengah danau terdapat suatu daratan yang di kenal dengan pulau Samosir. Danau tersebut merupakan salah satu daerah kunjungan wisata yang terkenal sampai kemanca negara. Disamping pemandangannya yang indah, juga wisata budayanya cukup menarik perhatian wisatawan.

Danau Toba selain menjadi derah tempat wisata yang banyak dikunjungi wasatawan,
juga menjadi tempat mencari nafkah bagi penduduk yang berdiam baik di sekeliling danau maupun di tengah, tepatnya di pulau Samosir. Danau tersebut menjadi tempat kehidupan berbagai macam ikan dan tumbuhan air yang dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat sekitarnya. Di danau tersebut banyak di buat keramba-keramba untuk memelihara ikan, diantaranya ikan mas. Disamping itu kawasan sekitar danau Toba maupun di Pulau Samosir merupakan kawasan pertanian.

Kawasan Danau Toba sendiri bila dilihat secara kasat mata juga telah menjadi daerah yang terdegradasi terutama terjadinya penggundulan hutan yang cukup parah dibeberapa tempat dilingkungan danau Toba termasuk di pulau Samosir. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena tentu berpengaruh kepada kualitas lingkungan danau Toba termasuk mempengaruhi ekosistem perairan danau Toba.



PEMBAHASAN

I. Profil Danau Toba

Danau dilihat dari proses pembentukannya adalah perairan yang terbentuk akibat dari terjadinya pengisian air pada cekungan alamiah yang berisi berbagai bentuk kehidupan. Sedangkan menurut para ahli Danau Toba terjadi merupakan danau vulcanotektonis akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban dipermukaan mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian bagian yang cukup besar berada dibagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa pulau Samosir dan bagian lain yang poisisnya lebih rendah selanjutnya
tergenang air membentuk danau (sumber : Masturyono, Phd, BMG)
Secara fisik danau Toba memiliki dimensi sebagai berikut :

1. Surface area 1100 km2
2. Volume 1258 (km3)
3. Maximum depth 529 m
4. Normal range of annual water level fluctuation 1.5 m
5. Catchment area 3440 km2
6. Pulau Samosir 640 km2
7. Number of outflowing rivers and channels (name) : 1 (Asahan River).

Iklim

Dilihat dari iklim yang terjadi di danau Toba yang di rata-rata dalam tiap bulan selama 1(satu) tahun sebagai berikut :

Bulan
Mean temp (deg C.)
Jan 
Feb 
Mar 
Apr 
May 
Jun 
Jul 
Aug 
Sep 
Oct 
Nov 
Dec 

19.3
19..0
18.9
19.3
19.4
19.1
19.0
18.8
19.0
19.4
19.4
19.1



 Sedangkan temperatur air (water temperature) diberbagai tempat di wilayah danau Toba
menunjukkan angka yang berada di kisaran 26-27 derajat celcius.
Selanjutnya dilihat dari berbagai tempat di wilayah danau Toba maka : pH, 1979






Station
Surface
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I
Tongging II
Onan Runggu
Prapat
8.4
7.9
8.4
7.0
7.9
7.6
8.2


pH itu adalah mengukur keasaman dalam hal ini keasaman atau alkalinitas air yang diukur berdasarkan skala dari 0 sampai dengan 14 dimana 7 merupakan angka keasaman yang netral,
0 menggambarkan yang paling asam, dan 14 yang paling alkalin.

DO (mg I-1), 1979
Station
Surface
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I

6.7
6.8
9.3
6.3


Selanjutnya DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut penting untuk kehidupan ikan
dan bebagai aquatic organisms.
Sedangkan konsentrasi COD diberbagai tempat di danau Toba menunjukkan angka 1.24
sampai dengan 2.80 (mg I-1). Konsentrasi Phosporus 0.31 sampai 0.66. dan konsentrasi
choride antara 8.6 didaerah Haranggaol sampai kepada 10.4 didaerah Onan Runggu.

Danau Toba sebagaimana danau lainnya memiliki 3 zona dalam menerima penetrasi
cahaya yaitu :

1.      Zona littoral yaitu wilayah dangkal dimana penetrasi cahaya mencapai dasar perairan.
2.      Zona limnetik yaitu zona prairan yang terbuka sampai kedalaman efektif penetrasi cahaya (lapisan kompensasi).
3.      Zona profundal yaitu daerah yang berada dibawah lapisan kompensasi. Dimana jenis jenis tumbuhan yang hidup

Dimana di zona littoral didominasi oleh rooted vegetation atau tanaman rumput-rumputan
, sedangkan limnetic didominasi oleh komunitas plankton, nekton dan neuston.

Adapun jenis Flora di danau Toba meliputi :

-          Emerged macrophytes : Nelumbo nucifera, Nymphaea sp.
-          Floating macrophytes : Eichhornia crassipes, Lemma minor, Azolla pinnata, Spirodella polyyrhiza

-          Submerged macrophytes : Potamogeton malaianus, P.polygonifolius, Myriophyllum spicatum, Ceratophyllum demersum, Hydrilla verticillata, Chara sp.
-          Phytoplankton : Amphora, Cocconema, Asterionella, Synedra, Gomphonema, Orthosira, Navicula, Mastogloia, Pleurosigma, Nitzschia, Genicularia, Botryococcus, Synechococcus, Anabaena, Oscillatoria.

Sedangkan Fauna yang berada di kawasan danau Toba meliputi :

-          Zooplankton : Cyclops, Cladocera.
-          Benthos : Macrobrachium sintangensis, Brotia costula, Thiara scabra, Melanoidestuberculata, Melanoides granifera, Anentome Helena, Lymnaea brevispira, L.rubiginosa, Physastra sumatrana, Corbicula tobae.
-          Fish : Tilapia mossambica, Aplocheilus pachax, Lebistes reticulatus, Osphronemus goramy, Trichogaster trichopterus, Channa striata, C. gachua, Clarias batrachus, C. neiuhofi, C.. sp., Nemachilus fasciatus, Cyprinus carpio, Puntiusjavanicus, P. binotatus, Osteochilus nasselti, Lissochilus sp., Labeobarbus sora, Rasbora sp.

Selanjutnya adalah Biomass. Biomas adalah bobot dari mahluk hidup (dry wight) dari
keseluruhan atau sebagian dari sebuah organisma, populasi, atau komunitas.
Umumnya dinyatakan sebagai bobot per unit area (a biomass density). Adapun Biomass dari danau Toba adalah meliputi sebagai berikut :

. Submerged macrophytes (M2)

Station
Potamogeton
sp
Myriophyllum
spicatum
Others
Total
Lotung
OnanRunggu
ParbaloanUrat
Tongging I
Lb Sitorus
2,470
2,800
1,833
1,947
150
130
150
310
157
1,640
<25
0
520
<25
0
2600
2950
2.663
2,104
1,750

Adapun penggunaan lahan (land use) di daerah catchment area adalah meliputi :

1981.
Natural Landscape
Area (km2)
%
Grass (alang-alang) 
Scrub 
Forest 
Reforestation 
Regreening  
Agriculture land &
Plantation 20.88 0.9
Others 23.56 1.1
Total

955
59,24
159,66
388.7
228.28

20.88
23.56
2.347,5
40,6
2.5
6.8
16.6
9.7

0.9
1.1
100

Adapun jenis vegetasi dari pohon kayu adalah jenis yang ada di hutan dataran tinggi
yaitu jenis Pinus merkusii, sedangkan tanaman prtanian meliputi padi, sweet potato,
maize, dan sayur-sayuran.

II. Kondisi kerusakan ekosistem di danau Toba
Sebagaimana yang telah di utarakan sebelumnya maka tingkat kerusakan hutan
yang ada dikawasan sekitar danau Toba dan wilayah pulau Samosir telah begitu parah
hingga tinggal 6,8 % dari daerah catchment area, hal ini banyak dipengaruhi oleh
perilaku manusia untuk melakukan penebangan pohon secara semaunya tanpa
memperhatikan keseimbangan lingkungan. Terlebih adanya pabrik pulp and paper PT
Indorayon yang dianggap selama ini melakukan penebangan terutama pohon pinus secara
tidak benar sehingga menyebabkan penggundulan hutan dianggap sebagai biang
keladinya. Hingga akhirnya di demo massa kemudian hingga tutup usaha namun saat
telah berdiri kembali dengan berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari yang
dianggap telah lebih baik dari pada sebelumnya (Indorayon) dalam melakukan
operasinya. Meskipun belum terjamin tidak melakukan penggundulan hutan secara tidak
bertanggung jawab. Hal ini tentu saja mengakibatkan kerusakan ekosistem danau Toba
juga (kawasan perairan) sebab dengan adanya kerusakan hutan didaerah catchment area
akan menyebabkan erosi dan pelumpuran di perairan danau. Tentunya hal ini akan


 merusak sumber makanan ikan yang ada di danau dan juga danau menjadi keruh airnya
dan tentu saja akan menggangu ekosistem danau.
Apabila dilihat secara kasat mata pada daratan sekeliling danau Toba dan di wilayah
pulau Samosir telah menjadi gundul, danau Toba yang dahulunya begitu membanggakan
karena keindahannya kini terlihat gersang. Masalah yang cukup serius belakangan ini
adalah berkurangnya sumber air untuk kebutuhan masyarakat setempat dimana untuk
beberapa tempat masyarakat harus mengambil air dari danau Toba untuk kebutuhan
sehari-harinya dan untuk itu harus berjalan berkilo-kilo jauhnya karena sumber-sumber
air d daratan seperti sungai dan mata air telah menjadi kering
Sarana transpotasi berupa kapal danau yang saat ini cukup banyak jumlahnya
untuk mengangkut penumpang yang menghubungkan antar desa dan kecamatan
dikawasan danau Toba juga turut dianggap mencemari lingkungan perairan dimana solar
yang digunakan sebagai bahan bakar cukup banyak menggenangi perairan. Ini tentu
mencemari danau dan mengganggu ekosistem yang ada disana, meskipun belum pada
tingkat yang mengkhawatirkan. Juga para penumpang yang membuang sampah
sembarangan dari kapal ke danau membuat danau menjadi kotor dan ini perlu mejadi
perhatian dari aparat untuk menjadikan masyarakat lebih disiplin dan meyadari
tindakannya merusak dan mengotori danau. Bila dilihat di kawasan pantai terutama di
daerah wisata seperti Prapat terlihat kotor dengan sampah-sampah plastik, kaleng dan
sebagainya ini juga turut mencemari lingkungan perairan.
Yang pernah terjadi di kawasan danau Toba adalah matinya jutaan ekor ikan mas
dalam 2.216 petak keramba jaring apung khususnya di daerah Haranggaol pada awal
Nopember 2004 akibat serangan virus koi herpes (KHV) ini terjadi tentu saja
menyebabkan keugian yang cukup besar sekitar Rp. 40 milyar, kematian jutaan ikan
tersebut juga mencemari perairan danau yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera
Utara. Air danau berubah memutih karena dipenuhi bangkai ikan, dan menimbulkan bau
busuk selama berminggu-minggu.Ini barangkali akibat adanya ketidakseimbangan alam
yng tejadi akibat ulah manusia melakukan kegiatannya disadari atau tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. Konsekwensinya bagi para otoritas pengelola kawasan danau
Toba adalah perlunya penataan zona perikanan keramba di wilayah perairan danau Toba
yang mulai terlihat padat dengan keramba jaring apung. Karena pemanfaatan danau tidak
hanya untuk perikanan saja tapi perlu juga pariwisata tan transportasi.
Didalam kebudayaan Batak yang merupakan suku yang mendiami kawasan danau
Toba ada jenis ikan yang di anggap bernilai tinggi secara adat yang biasa dipakai sebagai
hidangan dalam pesta adat adalah dinamai ihan, dahulu begitu banyak dikawasan
perairan danau Toba, namun saat ini telah menjadi langka. Jarang sekali nelayan
medapatkannya ketika mencari ikan. Ini menunjukkan keanekaragaman hayati diperairan
danau Toba rusak. Ikan maspun saat ini sukar dicari, itu kemungkinan akibat dibudi
dayakannya ikan mujair yang diduga memakan bibit ikan mas. Ini tentu merusak
ekosistem di danau Toba.

III. Upaya Perbaikan

Pada tahun 1996 telah di tandatangani kesepakatan membentuk sister Lakes
antara Danau Toba dengan Lake Champain Amerika. Pembentukan sister lakes ini
berupa bantuan teknik dari Amerika Serikat yang berpengalaman dalam menjadi
kelestarian danau Champlain di Amerika Serikat yang kondisinya mirip dengan danau
Toba. Kerjasama teknik tersebut berupa :

1.      Pertukaran pengalaman dalam me-manage kawasan perairan danau berdasarkan model yang dikembangkan di Amerika Serikat yang digunakan di danau Champlain, USA.
2.      Transfer of low-cost, alternatif teknologi untuk me-manage air buangan (wastewater) di masyarakat kecil (small communities)
3.      Mentransfer teknologi penanganan limbah industri khususnya pabrik pulp and paper
4.      Memperkuat standard/pengaturan dalam bisnis terhadap lingkungan di kawasan danau Toba.
5.       Transfer teknologi untuk mengontrol water hyacinth.

Pada tanggal 29 Januari 1997 pernah dilaksanakan program ”Wastewater
Treatment in Tourist Area of Prapat-Ajibata, Lake Toba, North Sumatera” yang
dicanangkan oleh Gubernur Sumatera Utara waktu itu dalam upaya melakukan
pembersihan terhadap kualitas air (sewage water treatment) yang ada di Danau Toba
dimana pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi. Ini dilakukan mengingat sumber terbesar penyebab memburuknya
kualitas air diperairan danau Toba banyak di pengaruhi oleh aktivitas kumah tangga dan
kegiatan usaha yang berada di pinggir danau Toba.Dan memang lebih banyak berada di
kawasan sekitar Prapat dan Ajibata, dua kota yang berdekatan yang berada di tepian
danau Toba. Namun proyek tersebut nampaknya tidak berjalan baik mengingat proyek
tersebut nampaknya tidak menyertakan insentive atas keterlibatan masyarakat atau
motivasi untuk melakukan sesuatu oleh masyarakat yang dianjurkan dalam proyek
tersebut. Tantangan terbesar waktu itu adalah bagaimana membujuk para pemilik hotel
dan rumahtangga untuk mengikuti program tersebut dan terlibat di dalam kontribusi
pendanaan. Namun pada kenyataannya hasilnya tidak satupun rumah tangga dan pemilik
hotel yang mau memperhatikan dan membayar kontribusinya. Artinya bahwa dalam
melakukan perbaikan terhadap kualitas lingkungan di perairan danau Toba tanpa
keterlibatan masyarakat tidak akan berhasil dan tentunya harus ada metode insentif
kepada masyarakat untuk mau melakukan apa yang diprogramkan.
Saat inipun lalulintas penyeberangan dikawasan danau Toba telah cukup ramai
dan dirasakan telah memcemari perairan danau Toba dengan gas buangan dari knalpot
kapal danau dan juga sejauh ini tidak ada penetapan baku mutu atas gas buangan knalpot
kapal-kapal danau tersebut, meskipun belum parah dan dianggap masih dianggap jauh
dibawah batas tercemar , namun dimasa mendatang sudah harus dipikirkan hal ini agar
kelestarian alam diperairan danau Toba tidak terancam.

IV. PENUTUP
Saat ini kondisi umum danau Toba telah terganggu ekositemnya, telihat dari
kawasan yang gundul disekitar danau, terganggunya ekosistem perairan. Memang telah
dilakukan upaya-upaya perbaikan untuk memperbaiki kondisi tersebut namun butuh
upaya yang lebih keras lagi dan pemukiran yang matang serta melibatkan peran serta
masyarakat untuk mejaga dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan Danau
Toba.
Sumber Partogi S. Samosir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar