Hoorass-anda di "Dolok Tolong Site" !!!

Senin, 27 Agustus 2012

Kuliner khas Tradisional Batak

Lappet

Tiap daerah biasanya punya penganan khas tradisional. Meski pun Medan memiliki penganan khas Bika Ambon, namun masih ada kue tradisional Batak yang hingga kini tetap disukai yaitu lappet dan ombus-ombus.
Lappet dan ombus-ombus adalah kue tradisional Batak. Tak jelas sejak kapan penganan ini mulai “membudaya”. Namun pada acara seremonial adat Batak tertentu, biasanya lappet atau ombus-ombus tetap menjadi hidangan sela dibarengi kopi atau teh.
Lappet dan ombus-ombus adalah dua jenis penganan yang berbeda. Namun keduanya terbuat dari bahan yang sama: tepung beras, kelapa, gula merah (aren). Namun untuk lappet performanya tak jauh beda dengan lepat pisang. Tetapi rasa dan bahannya jelas beda.


Ombus-ombus

Perbedaan antara lappet dan ombus-ombus ada pada bentuk olahan dan rasa. Lapet biasanya dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang, sementara Ombus-ombus, bentuknya bulat dan tidak dibungkus dengan apapun.

Proses pembuatannya sendiri tidak begitu rumit, dimulai dari tepung beras, kelapa parut (jangan terlalu tua), dicampur. Menyusul parutan gula aren, dan air secukupnya. Setelah merata seluruh adonan, kemudian dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus hingga matang. Sama halnya dengan lappet, Ombus-ombus terdiri dari bahan sama, namun penampilan proses akhir berbeda. Ombus-ombus tidak dibungkus dengan daun, hanya dibentuk sebesar bulatan bola golf, sudah langsung dapat dikukus.
Kue tradisional ini lebih enak dinikmati jika panas-panas dan disajikan sebagai makanan pelengkap minum teh atau kopi. Soal rasa tak perlu ditanya. Bagi yang pernah mencicipnya mungkin akan punya pendapat yang berbeda. Tetapi paduan tepung beras dan gula aren akan memberika cita rasa yang unik.
Namun lappet dan ombus-ombus ini kurang populer sebagai dagangan. Jika ingin mendapat rasa yang asli boleh membeli di Siborong-borong. Karena ombus-ombus yang terkenal memang di Siborong-borong. Tetapi di Medan juga kedua kue ini sudah beredar. Biasanya dipesan langsung dengan pembuatnya atau dijual secara berkeliling pada masa tertentu.

ITAK GUR-GUR


Rasanya biasa saja. Bahannya pun super sederhana. Namun cara membuat dan bentuk akhirnya yang istimewa. Coba deh perhatikan gambar di atas. Nggak perlu bertanya-tanya bentuk cetakannya karena kita cukup menggunakan cetakan alami: tangan.
Kata gurgur terjemahan bebasnya adalah “mendidih”. Itak gurgur ini disajikan mentah dan dimaksudkan sebagai makanan untuk menyemangati si penerimanya. Mau coba? Resepnya adalah sebagai berikut.

ITAK GURGUR
Bahan:
2 gelas Beras putih
¼ butir Kelapa yang agak muda, diparut
100 gram Gula pasir (atas sesuai selera)
Cara membuat:
1) Rendam beras dengan air selama 1-2 jam, tiriskan & keringkan, lalu tumbuk dengan lesung & alu, ayak.
2) Campur tepung beras dengan kelapa parut dan gula.
3) Kepal-kepal membentuk cap tangan. Hasil jadi: 12-14 potong.
4) Jika tidak habis, kukus sisa itak di dandang lalu makan apa adanya atau dengan parutan kelapa.

Naniura ( masakan tanpa di masak)


Semua suku pasti memiliki makanan khas masing-masing, begitu pula dengan suku Batak. Dengan suatu nilai budaya, memungkinkan suatu suku itu akan dikenal oleh banyak orang, termasuk suku Batak. Di kenal banyak orang termasuk dari makanannya. Bukan hanya naniura tetapi juga makanan yang lainnya. Naniura menjadi suatu makanan yang khas dan istimewa dan berbeda dari makanan lainnya. Ditambah rasa nya yang juga nikmat.
Bukan seperti makanan lain yang matang pada saat dimasak, naniura ini makanan yang matang tanpa dimasak. Padahal jika kita lihat makanan ini terbuat dari ikan atau “dengke”. Mengapa dikatakan bisa matang tanpa dimasak? Ini fakta, ikan ini bukan digoreng atau dipanggang. Hanya bumbu rempah-rempah dan asam yang digunakan untuk mematangkan ikan. Bahkan rasanya jauh lebih nikmat dari pada yang dimasak sampai matang.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, ikan apa saja yang biasa dijadikan naniura? Yang paling sering digunakan untuk naniura adalah ikan mas. Walaupun sebenarnya ikan lain pun bisa. Dalam pembuatannya bumbu yang digunakan harus lengkap. Karena bumbu lah yang nantinya akan mempengaruhi pematangan ikan. Walaupun ikannya tidak dimasak dengan api.
Bumbu utama dari naniura hampir sama dengan bumbu masak lainnya, seperti kemiri yang dibakar, bawang putih, bawang merah, lada, jahe, kunyit ditambah dengan cabai. Tetapi yang membuat ikan ini matang adalah asamnya. Dan yang mengatur segala rasanya adalah bumbunya. Supaya lembek, ikan nya harus dibungkus dan disarankan ikan dipotong-potong tetapi tidak sampai terpisah.
Awalnya naniura ini adalah makanan raja namun akhirnya semakin berkembang menjadi makanan semua orang karena rasanya yang khas. Sering sekali ada orang yang mengatakan kalau naniura ini tidak matang sehingga banyak orang yang tidak mau memakannya. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa makanan ini betul-betul matang. Sama seperti ikan lain yang ada di Jepang yang menjadi santapan banyak orang. Sehingga naniura sering disebut makanan internasional yang bisa dimakan semua orang.

Beberapa Resep Masakan Batak


MiGom (Mie Gomak)
Bahan :
1. 250 gr mie lidi
2. 500 gr dada ayam
3. 100 gr ceker ayam
4. 250 gr labu siam, iris sepanjang batang korek
5. 5 buah cabe besar
6. 10 buah cabe rawit merah, petik tangkainya, biarkan utuh
7. 5 butir bawang merah
8. 5 siung bawang putih
9. 3 btg daun bawang, iris halus
10. 5 btg serai, memarkan
11. 6 lembar daun jeruk purut
12. 3 buah tomat, belah 6 memanjang
13. ½ butir kelapa setengah tua parut memanjang, buat serundeng. Giling halus
14. 1250 ml air
15. 4 sdm minyak goreng
Cara Membuat :
1. Cuci bersih dada ayam rebus dan sisakan kaldunya 1250 ml. Setelah dingin suwir-suwir dagingnya masukkan kembali ke dalam kaldu. Sisihkan
2. Giling halus cabe merah besar, bawang putih dan bawang merah.
3. Rendam mie lidi dalam air matang hangat, sampai lunak.
4. Panaskan minyak goreng, tumis bumbu halus, masukkan serai, daun jeruk, masak hingga harum.
5. Masukkan tumisan bumbu ke dalam rebusan kaldu, didihkan kembali.
6. Masukkan labu siam dan tomat. Masak hingga mendidih.
7. Sesaat sebelum diangkat masukkan cabe rawit utuh.
8. Penyajian : Ambil mie lidi dari rendaman, masukkan ke dalam mangkok. Tuangi kuah kaldu, taburi bawang daun, serundeng halus, dan air jeruk nipis. Sajikan selagi panas.


Saksang Sapi atau BAbi
Masakan khas batak lainnya adalah saksang, hampir sama dengan rica-rica babi dari Manado. Biasanya masakan ini dibuat special untuk acara-acara adat batak, tapi sekarang lapo-lapo khusus masakan batak mudah ditemui. Berikut resep warisan papa cara bikin saksang.
Bahan :
1. 1 kg daging babi/sapi, potong kecil-kecil asal
2. 3 lbr daun jeruk
3. Garam
4. Penyedap
5. Minyak goreng untuk menumis bumbu
Bahan Yang ditumbuk :
1. 500 gr kelapa parut
2. 100 gr ketumbar halus
Bahan Yang dihaluskan/Blender :
1. 6 siung Bawang merah
2. 6 siung bawang putih
3. 10 biji Cabe Keriting (sesuai selera)
4. 5 biji Cabe Rawit (sesuai selera)
5. 4 Batang Serai
6. 2 ruas Jahe
7. 1 ruas Lengkuas/Laos
8. 1 ruas Kunyit
9. Daun Jeruk dan Daun Salam
Cara Membuatnya :
1. Sangrai kelapa dan ketumbar sampe warnanya kecoklatan, setelah coklat dan wangi, segera tumbuk sampe halus dan mengeluarkan minyak
2. Tumis bumbu hasil blender, daun salam dan daun jeruk sampai wangi, lalu masukan dagingnya.
3. Aduk sampai rata, lalu tambahkan air dua gelas
4. Tutup wajan/panci dengan api sedang, setelah air berkurang, tambahkan tumbukan kelapa-ketumbar aduk sampai rasa, lalu masukan garam dan ajinomoto secukupnya, diamkan sampe airnya mengering dan daging siap utk disantap.


Arsik
Ada masakan ikan yang khas Tapanuli, disebut arsik. Ada sedikit perbedaan antara arsik Karo dan Tapanuli. Biasanya arsik Karo lebih kering, sedangkan arsik Tapanuli lebih berkuah dan encer. Jenis bumbunya pun sedikit berbeda. Kebanyakan arsik dibuat dari ikan mas, direbus atau dikukus dalam kuah bumbu kuning.
Bahan:
* 1 kg ikan mas (2 sd 3 ekor)
* 3 bh jeruk nipis
* 10 btg serai, memarkan
* 1 genggam daun kemangi
* 3 bh bunga kecombrang
* 5 lbr daun mangkokan, iris halus
* 1 sdm andaliman
* 5 btr kemiri
* 7 cm kunyit
* 5 cm jahe
* 5 cm lengkuas
* 2 bh asam kandis
* 1 sdt garam
* cabe terserah mau pedas apa tidak.
* kemeri, terserah menurut selera.
* 6 b. merah
* 4 b. putih
* tomat (sebagai hiasan)
Cara membuat:
1. Bersihkan ikan, buang insang dan sisiknya, cuci bersih, lumuri air jeruk nipis, lalu diamkan selama 15 menit.
2. Setelah itu lumuri ikan dengan sebagian bumbu yang dihaluskan, di bagian dalam badan ikan dengan sebagian serai dan bunga kecombrang atau kacang panjang
3. Alasi wajan dengan serai, taruh berturut-turut ikan, kemangi, kecombrang, daun mangkokan, dan asam, tuang air secukupnya hingga ikan terendam.
4. Tutup wajan, masak dengan api kecil sampai matang dan air habis. Setelah airnya agak kering, boleh di tambahin air lagi supaya duri ikannya benar2 empuk dan di cicipi rasanya, apa perlu di tambahin garam.
5. Terakhir, kalu menurut Anda ikan sudah cukup matang dan rasanya juga sudah cukup masukkan santan dari atas dan potong tomat susun di atasnya juga, kembali tutup dan masak, terserah mau kiring apa tidak.
6. Setelah matang angkat susun di pinggan yang besar dan lonjong.

Na Niura
Hidangan ini merupakan makanan khas suku Batak. Berbeda dengan Arsik, makanan khas Batak lainnya yang direbus atau dikukus, menu yang juga mengunakan ikan mas sebagai menu utama adalah dengan cara tidak dimasak.
Arti dalam bahasa batak, naniura adalah ikan yang tidak di masak. Namun rendaman asam jungga yang secara kimiawi kemudian mengubah ikan mentah menjadi tidak terasa amis dan siap disajikan. Ingin mencoba?
Bahan-Bahan :
* 0,5 kilogram ikan mas
* 3 biji asam jungga (beli di penjual bumbu orang batak) namun bisa juga diganti dengan jeruk nipis (jumlahnya tanyakan penjual bumbu)
* seperempat ons andaliman
* 1 ons kemiri
* 5 cm lengkuas
* 5 cm kunyit
* 2 ikat rias
* 5 siung bawang merah
* 3 siung bawang putih
* setengah ons cabe merah
* Bisa ditambahakan dengan kacang tanah yg sudah di “saok” (gonseng tanpa minyak hingga matang)
Cara memasak:
1. Ikan mas dibersihkan dari sisik, kemudian ikan dibelah dua dari punggung ikan. Duri ikan dikeluarkan semuanya. Sesudah bersih, ikan digarami dan diasami. Dibiarkan selama 5 jam.
2. Kemiri di gongseng, dibiarkan dulu. Jahe, kunyit, bawang merah dan putih di goreng. Kemudian rias dikukus, sedangkan cabe digiling. Seluruh bumbu kemudian diulek (tumbuk).
3. Bumbu dimasukkan atau diolesi ke permukaan ikan. Biarkan satu jam lagi.
4. Siap dihidangkan

Buah Andaliman Rempah Khas Batak


Buah Andaliman Khas Sumatera UtaraSalah satu jenis rempah yang pemanfaatannya hingga sekarang masih sebatas komoditas primer adalah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC). Di Indonesia, tumbuhan rempah yang satu ini hanya terdapat di Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada daerah berketinggian 1.500 m dpl.
Selain di Sumatera Utara, andaliman yang masuk dalam famili Rutacea (keluarga jeruk-jerukan) terdapat di India, RRC, dan Tibet. Bentuknya mirip lada (merica) bulat kecil, berwarna hijau, tetapi jika sudah kering, agak kehitaman. Bila digigit tercium aroma minyak atsiri yang wangi dengan rasa yang khas-getir-sehingga merangsang produksi air liur.
Sesungguhnya andaliman lebih terkenal di Asia seperti di China, Jepang, Korea, dan India. Sebutan kerennya szechuan pepper. Prosea menyebutkan andaliman sebagai tumbuhan asli China. Di negeri Tirai Bambu itu andaliman dicampur untuk makanan mapo-berkuah. ‘Masyarakat Sin Jiang muslim menggerus andaliman dengan lada, ketumbar, dan garam. Semuanya disangrai-lalu dijadikan cocolan daging panggang,’ kata Wongso.
Di Jepang dan Korea andaliman dijadikan hiasan atau dipakai menambah rasa pedas pada sup dan mie. Masyarakat Gujarat, Goa, dan Maharashtra di India selalu menyelipkan andaliman sebagai bumbu ikan. Nah, karena banyak yang menyukainya, andaliman tak hanya dijajakan di pasar tradisional seperti Pasar Senen di Jakarta Pusat-seharga Rp50.000/kg-tapi ia sudah menembus negeri Abang Sam. Di sana khususnya di Asian Food Store, andaliman dijual seharga US$14,99 per ons setara Rp140.990/ons.

Tanaman Andaliman

Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) ditemukan tumbuh liar di daerah Tapanuli dan digunakan sebagai rempah pada masakan adat Batak Angkola dan Batak Mandailing. Banyak tumbuh di tanah kering di dataran tinggi dan rendah. Tanaman yang satu ini merupakan komoditi pelengkap masakan khas orang Batak. Berbagai jenis masakan khas Batak seperti sangsang, na niura, na tinombur, atau arsik, rasanya tidak klop tanpa kehadiran andaliman.
Andaliman tumbuh sebagai pohon berbatang kuas, bukan merambat. Batang – batangnya berdahan banyak, daunnya kecil-kecil, mirip seperti bunga mawar. Di sekujur batang, ranting, dari bawah ke ujung dipenuhi duri-duri yang tajam, seperti duri mawar. Namun duri andaliman lebih besar dan kokoh. Tinggi pohon rata-rata 2-4 meter, jarang lebih dari 5 meter. Usia produktif kurang dari 7 tahun.
Buah andaliman muncul dari antara duri-duri itu, lazimnya diapit duri-duri, buah tumbuh di antara duri. Memetik andaliman perlu konsentrasi tinggi. Karena banyaknya duri. Buahnya kecil-kecil, butirannya lebih kecil dari merica. Buahnya bertangkai, lebih mudah membayangkan seperti leunca, kalau di Tatar Sunda. Ukuran andaliman kira-kira seperduapuluh leunca.
Kalau masih muda, buah berwarna hijau, dan matang berwarna merah. Dan kalau kering, hitam. Buah andaliman yang baru dipetik sebaiknya dibungkus daun pisang, sebab kalu dibiarkan terbuka, akan cepat rusak. Buahnya langsung berubah hitam, dan pecah-pecah. Biji keluar dari kulit. Menghasilkan satu kilogram andaliman sangat sulit. Memanen satu pohon besar dan berbuah lebat, butuh setengah hari.
Memanen andaliman buah perdana biasanya lebih mudah, karena tangkainya lebih panjang-panjang, sehingga lebih mudah memetik. tapi hati-hati, karena durinya biasanya masih runcing-runcing. Hasil panen maksimal buah andaliman sekitar 10-20 kg dalam sehari. Setiap memetik andaliman, tidak ada jaminan tangan tidak tertancap duri. Sekali kena, getir, perih dan nyeri luar biasa. Tidak saja sakit karena terluka, tapi karena terkenal getirnya rasa andaliman.

Manfaat Buah Andaliman


Tanpa andaliman, masakan seperti sangsang atau arsik, rasanya hambar. Ada citarasa spesifik ketika ditumbuk dengan cabai, membuat bumbu masakan menimbulkan aroma dan taste (citarasa) yang mengundang selera makan. Rasa pedas dan aroma andaliman beda dengan pedasnya cabai, sungguh pas di lidah orang Batak yang suka masakan pedas menggigit.
Andaliman diduga mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antimikroba dan antioksidan. Di bidang pangan antioksidan digunakan untuk melindungi lemak/minyak terhadap kerusakan oksidatif. Dalam kaitan dengan aplikasinya, aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh sistem pangan yang merupakan medium bagi antioksidan tersebut. Proses panas yang diterapkan pada pengolahan pangan serta pH makanan turut pula mempengaruhi kestabilan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak buah andaliman pada berbagai sistem pangan dan untuk mengetahui kestabilan aktivitasnya terhadap beberapa kondisi suhu dan pH.
Aktivitas antioksidan ekstrak buah andaliman dalam sistem minyak juga lebih rendah dibandingkan BHT, yang ditunjukkan dengan waktu induksi rata-rata 7.29 jam untuk ekstrak etanol, 7.02 jam untuk ekstrak heksana-etanol, 8.18 jam untuk BHT clan 6.19 jam untuk kontrol. Komponen yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan pada ekstrak buah andaliman bersifat relatif tahan panas. Pada pengujian dalam sistem aqueous, perlakuan dengan suhu 175°C selama 120 menit menurunkan faktor protektif sekitar 17 persen untuk ekstrak etanol clan 13.6 persen untuk ekstrak heksana-etanol.
Buah andaliman juga kaya akan vitamin C dan E yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Diolah dari berbagai sumber

Kamis, 16 Agustus 2012

Biding Laut (Danau Toba) vs Ratu kidul (Pantai Selatan)



Legenda Pantai Selatan III... Biding Laut (versi Batak)


Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon.

Putra sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.

Putri tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling disayangi kedua orangtuanya.

Namun, kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.

Suatu ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.

Pada suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias.

Tiba di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.

Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidak menduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.

Di pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.

Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.

Ketika terbangun dari tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali sebuah perahu.

Biding laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga.

Tetapi ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.

Seorang nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.

Dikisahkan, pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya.

Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.

Biding Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.

Keadaan ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali Biding Laut ke Banten melalui lautan.

Menggunakan perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten. Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.

Namun malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut Selatan.

Rabu, 15 Agustus 2012

Raja Uti Generasi Ketiga (Cucu) dari Si Raja Batak

 

Silsilah dan Tarombo Batak dari Si Raja Batak

Berikut merupakan Silsilah/Tarombo Batak yang mungkin terlupakan seiring masuknya Budaya asing ke Bangsa Indonesia.

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon

GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

* Putra (sesuai urutan):
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)

*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
3. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin).

Tatea Bulan artinya "Tertayang Bulan" = "Tertatang Bulan". Raja Isombaon (Raja Isumbaon)

Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Bbatak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Ttatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.

2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.

Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

PENJABARAN
* RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.

* SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).

Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.

Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.

Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi "istrinya" di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.

Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si raja babiat. Di kemudian hari Si raja babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.

Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.

SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
* Putra:
1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.

* Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.

Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.

SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.

PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.

NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.

SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.

ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.

SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.

* SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.

Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

1. Datu Dalu (Sahangmaima).
2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.

Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
2. Tinendang, Tangkar.
3. Matondang.
4. Saruksuk.
5. Tarihoran.
6. Parapat.
7. Rangkuti.

Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.

Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.

SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.

SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Malau
2. Manik
3. Ambarita
4. Gurning

Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
I. Ambarita Lumban Pea
II. Ambarita Lumban Pining

Lumban Pea memiliki dua anak laki-laki
1. Ompu Mangomborlan
2. Ompu Bona Nihuta
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.

Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:
1. Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
2. Op Raja Marihot
3. Op Marhajang
4. Op Rajani Umbul

Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).

Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.

Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki
1. Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
Keturunan Op Sohailoan saat ini antara lain Op Josep (Pak Beluana di Palembang)

2. Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
Keturunan antara lain J ambarita Bekasi, dan saya sendiri (www.domu-ambarita.blogspot.com atau domuambarita@yahoo.com)

3. Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.
Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita

TUAN SORIMANGARAJA
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
1. Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.
2. Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
c. Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).

Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.

Si Boru Biding Laut melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak), gelar Nai Rasaon.

Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)

Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.

Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
2. Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).
Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung):

SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.

TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.

SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.

MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.

Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.

Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.

Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku "Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.

Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:
1. Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.
2. Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.
3. Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.
4. Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
5. Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.

Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:

Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.

Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.

NAI SUANON (tuan sorbadibanua)
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.

Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):
1. Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.
2. Si Paet Tua.
3. Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.
4. Si Raja Oloan.
5. Si Raja Huta Lima.

Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
a. Si Raja Sumba.
b. Si Raja Sobu.
c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.

Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan - Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.

Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Tampubolon, Barimbing, Silaen.
2. Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
3. Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
4. Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.

Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
2. Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
3. Pangaribuan, Hutapea.

Keturunan si lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sihaloho.
2. Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
3. Sirumasondi, Rumasingap, Depari.
4. Sidabutar.
5. Sidabariba, Solia.
6. Sidebang, Boliala.
7. Pintubatu, Sigiro.
8. Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.

Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
2. Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
3. Bangkara.
4. Sinambela, Dairi.
5. Sihite, Sileang.
6. Simanullang.

Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Maha.
2. Sambo.
3. Pardosi, Sembiring Meliala.

Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
2. Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.

Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sitompul.
2. Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.

Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
2. Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.

(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.

***

DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).

Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:

"Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan"

artinya:

"Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji"

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
1. Marbun dengan Sihotang
2. Panjaitan dengan Manullang
3. Tampubolon dengan Sitompul.
4. Sitorus dengan Hutajulu - Hutahaean - Aruan.
5. Nahampun dengan Situmorang.
(Disadur dari buku "Kamus Budaya Batak Toba" karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987)

Kepercayaan Suku Batak (kuno)


Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah ‘dewa-dewa’. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah ‘Debata’, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut ‘Ompu Na Bolon’ (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa ‘Ompu Nabolon’ ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi ‘Mula Jadi Nabolon’ atau ‘Tuan Mula Jadi Nabolon’. Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu kata ‘Debata’ yang berarti dewa (=jamak) sehingga menjadi ‘Debata Mula Jadi Nabolon’.

Jadi jelaslah, istilah debata pada awalnya hanya dipakai untuk penegasan bahwa pribadi yang disembah masuk dalam golongan dewa. Dapat juga dilihat pada tokoh-tokoh kepercayaan Batak lainnya yang dianggap sebagai dewa mendapat penambahan kata ‘Debata’ di depan nama pribadi yang disembah. Misalnya Debata Batara Guru, Debata Soripada, Debata Asi-Asi, Debata Natarida (Tulang atau paman dan orang tua), dll. Tetapi setelah masuknya Kekristenan (yang pada awalnya hanya sebatas strategi pelayanan) kata debata semakin populer karena nama debata dijadikan sebagai nama pribadi Maha Pencipta.

Dari Kata Dewata menjadi Debata

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata atau istilah debata berasal dari bahasa Sansekerta (India) yang mengalami penyesuaian dialek Batak. Karena dalam dialek Batak tidak mengenal huruf c, y, dan w sehingga dewata berubah menjadi debata atau nama Carles dipanggil Sarles, hancit (sakit) dipanggil menjadi hansit.

Dari pengamatan penulis, setiap kata atau istilah Sansekerta yang memiliki huruf w, kalau masuk ke dalam Bahasa Batak akan diganti menjadi huruf b, atau huruf yang lain.
 
Istilah-istilah Sansekerta yang  diserap dalam bahasa Batak:
Istilah Sansekerta (India) ; Batak Toba ; Indonesia
Purwa ; Purba ; Timur
Wajawia ; Manabia ; Barat Laut
Wamsa ; Bangso ; Bangsa
Pratiwi ; Portibi ; Pertiwi
Swara ; Soara ; Suara
Swarga ; Surgo ; Surga
Tiwra ; Simbora ; Perak

Perhatikan huruf cetak tebal.

Dari contoh-contoh di atas, jelaslah bahwa setiap huruf w dalam bahasa Sansekerta (India) kalau dimasukkan ke dalam bahasa Batak akan berganti menjadi huruf b atau huruf lainnya. Wajar saja kalau Dewata dalam bahasa Sansekerta setelah masuk ke dalam bahasa Batak berganti menjadi Debata. Istilah ‘Dewata’ inilah yang membunglon ke dalam bahasa Simalungun menjadi ‘Naibata’ dan di daerah Karo menjadi ‘Dibata’ yang artinya tetap sama menjadi ‘dewa’.

Analisa Lingkungan Kawasan Danau Toba


Degradasi Lingkungan Kawasan Danau Toba

Pendahuluan:

Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia. Danua tersebut terletak di Pulau Sumatera tepatnya proponsi Sumatera Utara. Ditengah-tengah danau terdapat suatu daratan yang di kenal dengan pulau Samosir. Danau tersebut merupakan salah satu daerah kunjungan wisata yang terkenal sampai kemanca negara. Disamping pemandangannya yang indah, juga wisata budayanya cukup menarik perhatian wisatawan.

Danau Toba selain menjadi derah tempat wisata yang banyak dikunjungi wasatawan,
juga menjadi tempat mencari nafkah bagi penduduk yang berdiam baik di sekeliling danau maupun di tengah, tepatnya di pulau Samosir. Danau tersebut menjadi tempat kehidupan berbagai macam ikan dan tumbuhan air yang dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat sekitarnya. Di danau tersebut banyak di buat keramba-keramba untuk memelihara ikan, diantaranya ikan mas. Disamping itu kawasan sekitar danau Toba maupun di Pulau Samosir merupakan kawasan pertanian.

Kawasan Danau Toba sendiri bila dilihat secara kasat mata juga telah menjadi daerah yang terdegradasi terutama terjadinya penggundulan hutan yang cukup parah dibeberapa tempat dilingkungan danau Toba termasuk di pulau Samosir. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena tentu berpengaruh kepada kualitas lingkungan danau Toba termasuk mempengaruhi ekosistem perairan danau Toba.



PEMBAHASAN

I. Profil Danau Toba

Danau dilihat dari proses pembentukannya adalah perairan yang terbentuk akibat dari terjadinya pengisian air pada cekungan alamiah yang berisi berbagai bentuk kehidupan. Sedangkan menurut para ahli Danau Toba terjadi merupakan danau vulcanotektonis akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban dipermukaan mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian bagian yang cukup besar berada dibagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa pulau Samosir dan bagian lain yang poisisnya lebih rendah selanjutnya
tergenang air membentuk danau (sumber : Masturyono, Phd, BMG)
Secara fisik danau Toba memiliki dimensi sebagai berikut :

1. Surface area 1100 km2
2. Volume 1258 (km3)
3. Maximum depth 529 m
4. Normal range of annual water level fluctuation 1.5 m
5. Catchment area 3440 km2
6. Pulau Samosir 640 km2
7. Number of outflowing rivers and channels (name) : 1 (Asahan River).

Iklim

Dilihat dari iklim yang terjadi di danau Toba yang di rata-rata dalam tiap bulan selama 1(satu) tahun sebagai berikut :

Bulan
Mean temp (deg C.)
Jan 
Feb 
Mar 
Apr 
May 
Jun 
Jul 
Aug 
Sep 
Oct 
Nov 
Dec 

19.3
19..0
18.9
19.3
19.4
19.1
19.0
18.8
19.0
19.4
19.4
19.1



 Sedangkan temperatur air (water temperature) diberbagai tempat di wilayah danau Toba
menunjukkan angka yang berada di kisaran 26-27 derajat celcius.
Selanjutnya dilihat dari berbagai tempat di wilayah danau Toba maka : pH, 1979






Station
Surface
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I
Tongging II
Onan Runggu
Prapat
8.4
7.9
8.4
7.0
7.9
7.6
8.2


pH itu adalah mengukur keasaman dalam hal ini keasaman atau alkalinitas air yang diukur berdasarkan skala dari 0 sampai dengan 14 dimana 7 merupakan angka keasaman yang netral,
0 menggambarkan yang paling asam, dan 14 yang paling alkalin.

DO (mg I-1), 1979
Station
Surface
Lotung
Situmeang
Bukit
Tongging I

6.7
6.8
9.3
6.3


Selanjutnya DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut penting untuk kehidupan ikan
dan bebagai aquatic organisms.
Sedangkan konsentrasi COD diberbagai tempat di danau Toba menunjukkan angka 1.24
sampai dengan 2.80 (mg I-1). Konsentrasi Phosporus 0.31 sampai 0.66. dan konsentrasi
choride antara 8.6 didaerah Haranggaol sampai kepada 10.4 didaerah Onan Runggu.

Danau Toba sebagaimana danau lainnya memiliki 3 zona dalam menerima penetrasi
cahaya yaitu :

1.      Zona littoral yaitu wilayah dangkal dimana penetrasi cahaya mencapai dasar perairan.
2.      Zona limnetik yaitu zona prairan yang terbuka sampai kedalaman efektif penetrasi cahaya (lapisan kompensasi).
3.      Zona profundal yaitu daerah yang berada dibawah lapisan kompensasi. Dimana jenis jenis tumbuhan yang hidup

Dimana di zona littoral didominasi oleh rooted vegetation atau tanaman rumput-rumputan
, sedangkan limnetic didominasi oleh komunitas plankton, nekton dan neuston.

Adapun jenis Flora di danau Toba meliputi :

-          Emerged macrophytes : Nelumbo nucifera, Nymphaea sp.
-          Floating macrophytes : Eichhornia crassipes, Lemma minor, Azolla pinnata, Spirodella polyyrhiza

-          Submerged macrophytes : Potamogeton malaianus, P.polygonifolius, Myriophyllum spicatum, Ceratophyllum demersum, Hydrilla verticillata, Chara sp.
-          Phytoplankton : Amphora, Cocconema, Asterionella, Synedra, Gomphonema, Orthosira, Navicula, Mastogloia, Pleurosigma, Nitzschia, Genicularia, Botryococcus, Synechococcus, Anabaena, Oscillatoria.

Sedangkan Fauna yang berada di kawasan danau Toba meliputi :

-          Zooplankton : Cyclops, Cladocera.
-          Benthos : Macrobrachium sintangensis, Brotia costula, Thiara scabra, Melanoidestuberculata, Melanoides granifera, Anentome Helena, Lymnaea brevispira, L.rubiginosa, Physastra sumatrana, Corbicula tobae.
-          Fish : Tilapia mossambica, Aplocheilus pachax, Lebistes reticulatus, Osphronemus goramy, Trichogaster trichopterus, Channa striata, C. gachua, Clarias batrachus, C. neiuhofi, C.. sp., Nemachilus fasciatus, Cyprinus carpio, Puntiusjavanicus, P. binotatus, Osteochilus nasselti, Lissochilus sp., Labeobarbus sora, Rasbora sp.

Selanjutnya adalah Biomass. Biomas adalah bobot dari mahluk hidup (dry wight) dari
keseluruhan atau sebagian dari sebuah organisma, populasi, atau komunitas.
Umumnya dinyatakan sebagai bobot per unit area (a biomass density). Adapun Biomass dari danau Toba adalah meliputi sebagai berikut :

. Submerged macrophytes (M2)

Station
Potamogeton
sp
Myriophyllum
spicatum
Others
Total
Lotung
OnanRunggu
ParbaloanUrat
Tongging I
Lb Sitorus
2,470
2,800
1,833
1,947
150
130
150
310
157
1,640
<25
0
520
<25
0
2600
2950
2.663
2,104
1,750

Adapun penggunaan lahan (land use) di daerah catchment area adalah meliputi :

1981.
Natural Landscape
Area (km2)
%
Grass (alang-alang) 
Scrub 
Forest 
Reforestation 
Regreening  
Agriculture land &
Plantation 20.88 0.9
Others 23.56 1.1
Total

955
59,24
159,66
388.7
228.28

20.88
23.56
2.347,5
40,6
2.5
6.8
16.6
9.7

0.9
1.1
100

Adapun jenis vegetasi dari pohon kayu adalah jenis yang ada di hutan dataran tinggi
yaitu jenis Pinus merkusii, sedangkan tanaman prtanian meliputi padi, sweet potato,
maize, dan sayur-sayuran.

II. Kondisi kerusakan ekosistem di danau Toba
Sebagaimana yang telah di utarakan sebelumnya maka tingkat kerusakan hutan
yang ada dikawasan sekitar danau Toba dan wilayah pulau Samosir telah begitu parah
hingga tinggal 6,8 % dari daerah catchment area, hal ini banyak dipengaruhi oleh
perilaku manusia untuk melakukan penebangan pohon secara semaunya tanpa
memperhatikan keseimbangan lingkungan. Terlebih adanya pabrik pulp and paper PT
Indorayon yang dianggap selama ini melakukan penebangan terutama pohon pinus secara
tidak benar sehingga menyebabkan penggundulan hutan dianggap sebagai biang
keladinya. Hingga akhirnya di demo massa kemudian hingga tutup usaha namun saat
telah berdiri kembali dengan berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari yang
dianggap telah lebih baik dari pada sebelumnya (Indorayon) dalam melakukan
operasinya. Meskipun belum terjamin tidak melakukan penggundulan hutan secara tidak
bertanggung jawab. Hal ini tentu saja mengakibatkan kerusakan ekosistem danau Toba
juga (kawasan perairan) sebab dengan adanya kerusakan hutan didaerah catchment area
akan menyebabkan erosi dan pelumpuran di perairan danau. Tentunya hal ini akan


 merusak sumber makanan ikan yang ada di danau dan juga danau menjadi keruh airnya
dan tentu saja akan menggangu ekosistem danau.
Apabila dilihat secara kasat mata pada daratan sekeliling danau Toba dan di wilayah
pulau Samosir telah menjadi gundul, danau Toba yang dahulunya begitu membanggakan
karena keindahannya kini terlihat gersang. Masalah yang cukup serius belakangan ini
adalah berkurangnya sumber air untuk kebutuhan masyarakat setempat dimana untuk
beberapa tempat masyarakat harus mengambil air dari danau Toba untuk kebutuhan
sehari-harinya dan untuk itu harus berjalan berkilo-kilo jauhnya karena sumber-sumber
air d daratan seperti sungai dan mata air telah menjadi kering
Sarana transpotasi berupa kapal danau yang saat ini cukup banyak jumlahnya
untuk mengangkut penumpang yang menghubungkan antar desa dan kecamatan
dikawasan danau Toba juga turut dianggap mencemari lingkungan perairan dimana solar
yang digunakan sebagai bahan bakar cukup banyak menggenangi perairan. Ini tentu
mencemari danau dan mengganggu ekosistem yang ada disana, meskipun belum pada
tingkat yang mengkhawatirkan. Juga para penumpang yang membuang sampah
sembarangan dari kapal ke danau membuat danau menjadi kotor dan ini perlu mejadi
perhatian dari aparat untuk menjadikan masyarakat lebih disiplin dan meyadari
tindakannya merusak dan mengotori danau. Bila dilihat di kawasan pantai terutama di
daerah wisata seperti Prapat terlihat kotor dengan sampah-sampah plastik, kaleng dan
sebagainya ini juga turut mencemari lingkungan perairan.
Yang pernah terjadi di kawasan danau Toba adalah matinya jutaan ekor ikan mas
dalam 2.216 petak keramba jaring apung khususnya di daerah Haranggaol pada awal
Nopember 2004 akibat serangan virus koi herpes (KHV) ini terjadi tentu saja
menyebabkan keugian yang cukup besar sekitar Rp. 40 milyar, kematian jutaan ikan
tersebut juga mencemari perairan danau yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera
Utara. Air danau berubah memutih karena dipenuhi bangkai ikan, dan menimbulkan bau
busuk selama berminggu-minggu.Ini barangkali akibat adanya ketidakseimbangan alam
yng tejadi akibat ulah manusia melakukan kegiatannya disadari atau tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. Konsekwensinya bagi para otoritas pengelola kawasan danau
Toba adalah perlunya penataan zona perikanan keramba di wilayah perairan danau Toba
yang mulai terlihat padat dengan keramba jaring apung. Karena pemanfaatan danau tidak
hanya untuk perikanan saja tapi perlu juga pariwisata tan transportasi.
Didalam kebudayaan Batak yang merupakan suku yang mendiami kawasan danau
Toba ada jenis ikan yang di anggap bernilai tinggi secara adat yang biasa dipakai sebagai
hidangan dalam pesta adat adalah dinamai ihan, dahulu begitu banyak dikawasan
perairan danau Toba, namun saat ini telah menjadi langka. Jarang sekali nelayan
medapatkannya ketika mencari ikan. Ini menunjukkan keanekaragaman hayati diperairan
danau Toba rusak. Ikan maspun saat ini sukar dicari, itu kemungkinan akibat dibudi
dayakannya ikan mujair yang diduga memakan bibit ikan mas. Ini tentu merusak
ekosistem di danau Toba.

III. Upaya Perbaikan

Pada tahun 1996 telah di tandatangani kesepakatan membentuk sister Lakes
antara Danau Toba dengan Lake Champain Amerika. Pembentukan sister lakes ini
berupa bantuan teknik dari Amerika Serikat yang berpengalaman dalam menjadi
kelestarian danau Champlain di Amerika Serikat yang kondisinya mirip dengan danau
Toba. Kerjasama teknik tersebut berupa :

1.      Pertukaran pengalaman dalam me-manage kawasan perairan danau berdasarkan model yang dikembangkan di Amerika Serikat yang digunakan di danau Champlain, USA.
2.      Transfer of low-cost, alternatif teknologi untuk me-manage air buangan (wastewater) di masyarakat kecil (small communities)
3.      Mentransfer teknologi penanganan limbah industri khususnya pabrik pulp and paper
4.      Memperkuat standard/pengaturan dalam bisnis terhadap lingkungan di kawasan danau Toba.
5.       Transfer teknologi untuk mengontrol water hyacinth.

Pada tanggal 29 Januari 1997 pernah dilaksanakan program ”Wastewater
Treatment in Tourist Area of Prapat-Ajibata, Lake Toba, North Sumatera” yang
dicanangkan oleh Gubernur Sumatera Utara waktu itu dalam upaya melakukan
pembersihan terhadap kualitas air (sewage water treatment) yang ada di Danau Toba
dimana pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi. Ini dilakukan mengingat sumber terbesar penyebab memburuknya
kualitas air diperairan danau Toba banyak di pengaruhi oleh aktivitas kumah tangga dan
kegiatan usaha yang berada di pinggir danau Toba.Dan memang lebih banyak berada di
kawasan sekitar Prapat dan Ajibata, dua kota yang berdekatan yang berada di tepian
danau Toba. Namun proyek tersebut nampaknya tidak berjalan baik mengingat proyek
tersebut nampaknya tidak menyertakan insentive atas keterlibatan masyarakat atau
motivasi untuk melakukan sesuatu oleh masyarakat yang dianjurkan dalam proyek
tersebut. Tantangan terbesar waktu itu adalah bagaimana membujuk para pemilik hotel
dan rumahtangga untuk mengikuti program tersebut dan terlibat di dalam kontribusi
pendanaan. Namun pada kenyataannya hasilnya tidak satupun rumah tangga dan pemilik
hotel yang mau memperhatikan dan membayar kontribusinya. Artinya bahwa dalam
melakukan perbaikan terhadap kualitas lingkungan di perairan danau Toba tanpa
keterlibatan masyarakat tidak akan berhasil dan tentunya harus ada metode insentif
kepada masyarakat untuk mau melakukan apa yang diprogramkan.
Saat inipun lalulintas penyeberangan dikawasan danau Toba telah cukup ramai
dan dirasakan telah memcemari perairan danau Toba dengan gas buangan dari knalpot
kapal danau dan juga sejauh ini tidak ada penetapan baku mutu atas gas buangan knalpot
kapal-kapal danau tersebut, meskipun belum parah dan dianggap masih dianggap jauh
dibawah batas tercemar , namun dimasa mendatang sudah harus dipikirkan hal ini agar
kelestarian alam diperairan danau Toba tidak terancam.

IV. PENUTUP
Saat ini kondisi umum danau Toba telah terganggu ekositemnya, telihat dari
kawasan yang gundul disekitar danau, terganggunya ekosistem perairan. Memang telah
dilakukan upaya-upaya perbaikan untuk memperbaiki kondisi tersebut namun butuh
upaya yang lebih keras lagi dan pemukiran yang matang serta melibatkan peran serta
masyarakat untuk mejaga dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan Danau
Toba.
Sumber Partogi S. Samosir